Larut Dengan Lantunan Shalawat Hingga Dini Hari
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan di ponpes Nurul Jadid Paiton Probolinggo berlangsung penuh khidmat, acara yang digelar pada malam Jum’at 26 Rabiul Awal 1429 H (3 April 2008) tepat di halaman pesantren tersebut berlangsung mulai pukul 20:00 hingga pukul 01:15 WIB dini hari, tak membuat para hadirin goyah semangatnya.
Terbukti pada saat pengajian semakin larut, hadirin tetap penuh semangat menyimak dan mengikuti setiap lantunan shalawat yang dikumandangkan oleh dua dai secara bergiliran, KH Miftahul Akhyar dari
Sebelum ceramah agama, pengasuh ponpes Nurul Jadid KH Zuhri Zaini memberikan sambutan. Menurutnya, peringatan maulid nabi yang sering dilaksanakan setiap tahun, bukanlah hanya sebuah rutinitas belaka, namun lanjut beliau, acara tersebut akan menjadi semakin penting untuk menjadi bahan evaluasi diri di tengah multi krisis yang melanda negeri ini.
“Di tengah multi krisis ini, krisis akhlak dan krisis kepemimpinan yang juga tak kalah pentingnya untuk segera diselesaikan, dengan peringatan Maulid Nabi ini kita berharap mampu mengatasi pergeseran moral yang terjadi, sehingga figur Rosulullah itu betul-betul terpatri dalam diri kita dan keteladan beliau termanifestasi dalam kehidupan kita sehari-hari,” tandasnya kala itu.
Tak kurang dari 8 ribu jamaah memadati halaman pesantren Nurul Jadid hingga menyesaki setiap jengkal halaman dan ruas jalan pesantren, bahkan jamaah muslimat meluber hingga ke utara halaman pesantren, tepatnya di halaman MTs Nurul Jadid dan MA Nurul Jadid putri.
Praktis, malam itu menjadi lautan manusia yang begitu rindu dan hanyut akan kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW, hal itu terpancar dari ekspresi mereka ketika melantunkan bacaan shalawat barzanji secara serempak penuh khidmat.
Sejak acara diawali penampilan hadrah Firqah Azzainiyah (Firhaz) yang melantunkan puji-pujian melalui shalawat diba’/barzanji hingga ceramah agama yang disampaikan oleh Habib Zainal Abidin yang juga banyak melantunkan shalawat, hadirin benar-benar hanyut dan serempak bersama sama melantunkannya secara ritmis penuh penghayatan.(sfy)
Pesantren Sebagai Media Dakwah Aswaja
Ceramah pertama yang disampaikan oleh KH Miftahul Akhyar banyak menyinggung tentang eksistensi pesantren sebagai media dakwah dan benteng ajaran Islam ala Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja). Menurutnya, sistem pendidikan ala pesantren sudah ada sejak zaman Rosulullah SAW.
Seperti halnya para shahabat yang belajar agama pada Rosul, salah satunya adalah perawi hadits terkenal Abu Huroiroh yang sering bermalam di masjid. Dan merekalah yang meramaikan masjid Nabawi dalam syiar-syiar Islam, sehingga mereka dikenal dengan julukan Ahlus Shuffah.
Jadi, masih menurutnya, sistem pendidikan dan dakwah ala pesantren bukanlah bid’ah. Apalagi sekarang bermunculan orang-orang yang memojokkan NU dengan tudingan TBC (Tahayyul, Bid’ah Churafat), termasuk peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang juga mereka klaim bid’ah.
Padahal, menurut kiai yang memegang jabatan Rais Syuriah PWNU Jatim ini, peringatan Maulid Nabi sangat jauh dari unsur sesat, sebagaimana tudingan semua bid’ah itu sesat. Justru dengan memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW merupakan media dakwah dan ibadah serta ungkapan rasa syukur kita atas karunia Allah SWT.
“Kita dianjurkan untuk bergembira atas rahmat dan karunia Allah SWT kepada kita. Termasuk kelahiran Nabi Muhammad SAW yang membawa rahmat kepada alam semesta. Allah SWT berfirman dalam
Jika Abu Lahab yang non-muslim dan Al-Qur’an jelas mencelanya, kemudian mendapat keringanan siksa lantaran ungkapan kegembiraan atas kelahiran Rasulullah SAW, maka sudah tentu kita sebagai ummatnya layak untuk menyambut penuh kegembiraan atas kelahiran beliau, salah satunya dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan malam ini, jelasnya sebelum mengakhiri ceramah.(mwr)
Aq bangga dengan adanya acara Maulid Nabi Muhammad SAW
Comment Form under post in blogger/blogspot