BERITA TERBARU
SMTDepag RI Kirim Kepala MANJ Ke Australia
Di tahun 2008 ini, kembali Depag RI mengirimkan beberapa kepala Madrasah Aliyah yang telah mengikuti kegiatan PPWKM sebelumnya. Kini kegiatan yang berorientasi pada pengembangan wawasan kepala Madrasah tersebut memilih Australia sebagai tempat belajar mulai tanggal 27April-09 Mei 2008. ...Selengkapnya...

Depag RI Kirim Kepala MANJ Ke Australia

Bersama 9 Kepala MAN Se-Indonesia

Departemen Agama RI (Depag RI) telah memberangkatkan sebanyak 32 kepala Madrasah Aliyah pada penghujung tahun 2007 lalu, untuk belajar ke Malaysia dalam rangka Program Pengembangan Wawasan Kepala Madrasah (PPWKM), termasuk sebagai peserta dalam kegiatan tersebut adalah Kepala MA Nurul Jadid (MANJ), Malthuf Siraj.

Di tahun ini (2008, red), kembali Depag RI mengirimkan beberapa kepala Madrasah Aliyah yang telah mengikuti kegiatan PPWKM sebelumnya. Kini kegiatan yang berorientasi pada pengembangan wawasan kepala Madrasah tersebut memilih Australia sebagai tempat belajar mulai tanggal 27April-09 Mei 2008.

Namun untuk kali kedua, kegiatan belajar tersebut hanya menunjuk 10 kepala Madrasah Aliyah se-Indonesia. Termasuk Kepala MANJ yang terpilih untuk kali kedua sebagai peserta dari satu-satunya madrasah swasta, sementara lainnya berasal dari Madrasah Aliyah Negeri.

Selama di Australia, Malthuf beserta rombongan mengikuti kegiatan yang di pusatkan di Melbourne dan Sydney. Untuk acara di Melbourne hanya 4 hari, sementara di Sydney selama 9 hari dan pada tanggal 9 rombongan bertolak ke Tanah Air.

Kegiatan yang berlangsung 13 hari tersebut tak disia-siakan oleh peserta untuk banyak menyerap informasi dibidang pendidikan. Agenda kegiatannya cukup padat. Dari pagi, siang hingga sore, para peserta terus terlibat dalam beberapa kegiatan yang telah dijadualkan oleh panitia pelaksana Asia Education Foundation sebagai pelaksana acara tersebut selama di Australia.

Rombongan 10 kepala MA tersebut bermalam di hotel Uni Lodge, selama di Melbourne. Sementara ketika berada di Sydney, rombongan dikelompokkan menjadi 6 tim dengan menginap selama 6 hari dimasing-masing home stay sekolah yang ditempati magang. Kepala MANJ bersama Kepala MAN 3 Palembang menginap di home stay milik seorang guru Al Amanah College.

Sebelum bertolak ke tanah air, rombongan yang dipecah menjadi 6 tim, dengan masing-masing anggota tim terdiri dari dua orang dan sebagian 1 orang tersebut berkumpul kembali dan menginap di hotel Mercure. Meski perbedaan cuaca dirasakan oleh seluruh peserta selama di Australia, beruntung selama kegiatan berlangsung tidak mengakibatkan anggota rombongan mengalami gangguan kesehatan akibat cuaca yang lebih dingin dibanding di Indonesia.

Agenda pertama, sehari setelah mendarat di Australia (28/4), mereka mengunjungi Sekolah Dasar Monthmorency South dan juga menyaksikan proses pembelajaran toleransi beragama di sekolah tersebut yang diadakan oleh oleh Asosiasi Muslim Kristen Yahudi Australia (Jewish Christian Muslim Association of Australia /JCMA). Bahkan rombongan sempat berdiskusi dengan JCMA yang juga memberikan pembelajaran disekolah setingkat SMP/SMA.

Termasuk juga, rombongan berkesempatan mengikuti kuliah tentang sejarah Australia yang multi kultur di University of Melbourne. Mereka juga mendapatkan kuliah kurikulum pendidikan yang dipakai di Australia oleh Curriculum Corporation. Rombongan juga sempat beramah tamah dengan Konsul Jendral RI, Budiarman Bahar di Melbourne Australia.

Selain itu, rombongan juga banyak mengikuti kegiatan di Sydney selama 9 hari, mulai tanggal 1-9 Mei. Di Sydney mereka banyak langsung bersinggungan dengan aktifitas pendidikan. Seperti yang dialami oleh Malthuf Siraj, Kepala MANJ yang magang di Al Amanah College yang berada di Liverpool Sydney, sekolah setingkat MI, MTs dan MA yang berfaham Sunni dan bermadzhab Syafi’i.

Selama di sekolah tersebut, Malthuf terkesan dengan sistem dan pola pembelajaran bagi siswa yang dinilainya cukup maju. “Pendidikan di sekolah tersebut, benar-benar memperhatikan profesionalisme guru, sehingga kualitas guru sangat diprioritaskan,” tuturnya.

Menurut Malthuf, di Australia, sekolah secara umum memiliki otonomi yang sangat luas, baik negeri maupun swasta. Pemerintah Australia benar-benar memperhatikan pembinaan sekolah yang ada, “Sebesar 70 persen dalam hal pembiayaan sekolah swasta ditanggung oleh pemerintah Australia. Wah, ini kan hebat,” kagumnya, yang punya harapan besar agar Indonesia bisa seperti itu. (mwr)

Berhasil Raih Peluang

Ada keberhasilan yang cukup membanggakan diraih oleh Malthuf selama di Australia. Kepala MANJ yang saat ini sedang menyelesaikan disertasi doktornya tersebut berhasil membaca peluang untuk membuat MoU (Memorandum of Understanding) ketika magang di Al Amanah College, nota kesepahaman tersebut menghasilkan bentuk pertukaran informasi, siswa dan guru antara Al Amanah College dengan MANJ.

“Sengaja saya mencoba menawarkan kerjasama dengan Al Amanah College yang sudah maju, dan ternyata mereka menyambutnya dengan baik, meski hanya melibatkan MANJ dengan Al Amanah College,” tuturnya kepada para guru MANJ dalam rapat evaluasi bulanan, sehari setelah tiba di Tanah Air.

Tak hanya kerjasama dengan Al Amanah College yang dihasilkan, bahkan kepala MANJ juga berhasil menjalin kerjasama dengan Global University Lebanon. Pasalnya, ketika berada di Sydney, Malthuf sempat mengunjungi Darul Fatwa Sydney dan bertemu pimpinannya, Dr. Syekh Salim Ulwan Al Hasani. Ulama asal Lebanon yang cukup berpengaruh tersebut ternyata sering berkunjung ke Indonesia.

Dalam kerjasama yang dihasilkan tersebut, Dr. Syekh Salim Ulwan Al Hasani memberikan beasiswa bagi siswa MANJ yang berminat untuk melanjutkan studi di Global University Lebanon tiap tahun. Ini merupakan keberhasilan yang cukup membanggakan untuk pengembangan studi agama bagi lulusan MANJ yang berminat melanjutkan ke jenjang pendidikan S1 di Timur Tengah tersebut.

Selain itu, ada pengalaman lain yang sangat menarik. Malthuf sempat mengudara di pusat siaran Radio Komunitas Muslim Australia dengan menggunakan Bahasa Arab yang diterjemah ke dalam bahasa Indonesia oleh Kepala MAN 3 Palembang, yang kala itu turut menyertainya. Ternyata di Australia Bahasa Indonesia cukup diminati, sekitar 20 persen pelajar di sana mengambil program pembelajaran Bahasa Indonesia. (sfy)

nanang qosim mengatakan...

rasa salut dan bangga saya apresiasi buat pak malthuf, beliau patut diteladani, bisa bergerak dan menggerakkan tampa harus berpangku tangan pada orang lain.

untuk era masa kini riset atau kerjasama dengan lembaga2 pendidikan luar negeri memang sangat di perlukan tampa harus meiggalkan identitasnya sebagai sebuah lembaga bercorak pesantren semisal manj. dengan identitas manj akan bisa melakukan perubahan dengan seimbang dan konstruktif.

sebagai tambahan informasi berikut ini saya postingkan sebuah berita terkait study mahasiswa indonesia di al-azhar university mesir.moga bermanfaat, bravo pak kepala......


nanang qosim
23 mei,nasr city cairo, pinggiran sungai nil



Mesir Utamakan Mahasiswa Indonesia di Al-Azhar
Rabu, 21 Mei 2008
Pemerintahan Mesir mengatakan, Negaranya tetap mengutamakan memberikan beasiswa bagi mahasiswa Indonesia untuk belajar di Universitas Al-Azhar

Hidayatullah.com--Duta Besar (Dubes) Mesir untuk Indonesia Mohamed El Sayed Taha mengatakan, Mesir tetap mengutamakan memberikan beasiswa bagi mahasiswa Indonesia untuk belajar di Universitas Al-Azhar.

"Mahasiswa Indonesia, yang kini sedang belajar di Mesir, khusus di Universitas Al-Azhar, berjumlah sekitar 5.000 dan setiap tahun Mesir memberi 115 beasiswa bagi mahasiswa baru," kata Taha dalam jumpa pers di kantornya di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Jumpa pers itu merupakan bagian dari silaturahmi antara wartawan dan Dubes Taha, yang akan mengakhiri tugasnya di Jakarta pada Agustus mendatang.

Menurut Dubes Taha yang bergabung di Kementerian Luar Negeri Mesir sejak Maret 1976 ini, pemberian beasiswa yang telah berlangsung puluhan tahun itu merupakan wujud ikatan kuat persahabatan di antara kedua bangsa.

"Hubungan bersejarah antara kedua bangsa itu terjalin jauh sebelum Indonesia merdeka, ditandai dengan sebuah ruang di masjid Al-Azhar, Kairo, yang diberi nama Ruaq Jawi, untuk asrama bagi mahasiswa dari Indonesia lebih dari 100 tahun lalu," katanya.

Jalinan hubungan Al-Azhar dengan Indonesia, masih menurut diplomat yang sempat berkiprah di Laos, Aljazair, Spanyol dan Austria ini, sangat kuat sehingga setiap Syeikh Agung (pemimpin tertinggi) Al-Azhar selalu berkunjung ke Indonesia.

Pada 2006, kata Dubes Mesir yang bertugas di Indonesia sejak September 2004 ini, Syeikh Agung Al-Azhar Prof Dr Mohamed Sayed Tantawi memenuhi undangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk berkunjung ke Indonesia dan menghadiri hari ulang tahun ke-80 pondok modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.

Pada 1995, Syeikh Agung Al-Azhar Gad El-Haq Ali Gad El-Haq, pendahulu Syeikh Tantawi, juga berkunjung ke Indonesia atas undangan Wakil Presiden (waktu itu) Try Soetrisno untuk menghadiri Festival Mesjid Istiqlal di Jakarta.

Hubungan baik itu ditandai pula dengan Mesir sebagai negara pertama yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia, disusul dengan kedua negara secara resmi menjalin hubungan diplomatik pada 10 Juni 1947.

Lebih lanjut diplomat yang lahir di wilayah Sharqia, Mesir pada 1953 ini mengemukakan, dari 115 beasiswa tersebut, 100 beasiswa untuk program strata satu, 10 diberikan kepada mahasiswa pascasarjana di Al-Azhar, dan lima lagi untuk pascasarjana di universitan umum, seperti Universitas Kairo dan Universitan Ain Shams.

Selain itu, kata lulusan ilmu politik Universitas Kairo ini, Al-Azhar juga mengirim 47 dosen dari Al-Azhar untuk mengajar di berbagai universitas Islam negeri di Indonesia dan di beberapa pesantren.

Selama di Indonesia, kebutuhan dosen dari Mesir itu ditanggung Al-Azhar, sementara akomodasi disediakan pemerintah Indonesia.

Di sisi lain, Mesir juga memrakarsai pelatihan juru dakwah Indonesia ke Mesir selama tiga bulan. Dari biaya program itu, dai hanya menanggung tiket pesawat, sementara biaya akomodasi dan konsumsi selama di Mesir sepenuhnya ditanggung Al-Azhar.

Masih di bidang pendidikan, Mesir juga memberikan pelatihan bahasa Arab bagi warga Indonesia untuk membuka kesempatan bekerja di Timur Tengah. Selain itu, Mesir memfasilitasi perpustakaan dengan buku-buku berbahasa Arab dari Mesir maupun negara Timur Tengah lainnya.

Juga di bidang budaya, Mesir turut berpartisipasi dalam Festival Penulis Ubud mengingat begitu banyaknya penulis terkenal Mesir di Indonesia. Nama besar Nawal el Sadawi termasuk shalat satu penulis Mesir yang pernah mengikuti festival prestisius di Pulau Dewata tersebut.

Dubes Taha dalam jumpa pers itu menjelaskan beragam mashalat mengenai hubungan dwipihak Indonesia-Mesir, mencakup kerja sama pendidikan, budaya, ekonomi, dan perdagangan.

Di bidang perdagangan, pada tahun lalu, nilai ekspor-impor Indonesia-Mesir mencapai 630 juta dolar Amerika Serikat, yang tetap surplus bagi Indoneia.
Di samping itu, nilai penanaman modal Indonesia di Mesir tercatat sekitar 600 juta dolar Amerika Serikat, sementara investasi Mesir di Indonesia baru berkisar 20 juta dolar Amerika Serikat.

Saat ditanya mengapa modal Mesir di Indonesia masih kecil, Taha menjelaskan bahwa itu terjadi karena kekurangan promosi Indonesia di Mesir.

Jumlah mahasiwa Indonesia yang sedang belajar di Mesir tiap tahun jumlahnya ribuan. Jumlah mahasiswa Indonesia tahun 2005 saja, jumlahnya sekitar 4000 orang.

Dialektika mengatakan...

assalamualaikum.......

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Powered by    Login to Blogger