Hasan: Buat Berita Ternyata Sulit Juga
Masa libur pasca semester ganjil, di MA Nurul Jadid (MANJ) oleh OSIS di isi dengan kegiatan pendidikan dan latihan (diklat) jurnalistik bagi siswa dan siswi. Acara yang dihelat di aula MANJ itu menghadirkan dua
Yatimul Ainun di dapuk menjadi penyaji dengan materi teknik penulisan berita, sementara M. Iqbal mendapat giliran menyampaikan materi seputar keredaksian dan penggalian berita. Khusus untuk teknik pengambilan gambar disampaikan sendiri oleh Pembina OSIS, Mawardi.
Sejak tanggal 25-28 Januari 2008, diklat yang mengambil tema Mencetak Insan Pers yang Kritis dan Objektif itu berlansung. Di hari ke tiga, peserta dibentuk menjadi delapan tim redaksi. Pembentukan tersebut sebagai kegiatan praktik lapangan, guna mencari berita setelah dua hari sebelumnya mendapatkan materi diklat.
Ketika praktik penggalian berita, peserta diklat masih tampak bingung. Mereka kesulitan untuk menentukan isu utama yang akan mereka angkat. Melihat situasi tersebut, Mawardi, sang Pembina OSIS langsung turun tangan, memberikan penjelasan sekilas.
“Lokasi penggalian berita tidak perlu jauh-jauh, cukup di sekitar pondok dan madrasah,” Jelasnya pada mereka. “Apa saja bisa dijadikan berita, try out, diklat, kebiasaan ghasab, harga
Setelah mendapatkan solusi dari Pembina OSIS, para peserta langusng berserabutan mencari berita. Siswa kelas tiga, yang kala itu baru selesai mengikuti try out UAN, langsung di wawancarai oleh Cecep, reporter dari Pa’Pos, redaksi bentukan diklat.
Ternyata, kesulitan tidak hanya ketika akan mencari berita, namun pada proses penulisan, peserta kesulitan membuat judul yang masuk jenis berita straight news, analysis news dan features. Untuk kali kedua, Mawardi terlibat mendampingi, memberikan gambaran bagi mereka untuk bisa membuat judul sendiri.
“Kalau saya yang membuatkan judulnya, diklat itu tak ada hasilnya buat mereka,” tutur pria energik tersebut bijak. Mawardi dengan sabar mendampingi ke delapan redaksi secara bergantian dari pagi hingga malam, memberikan bimbingan dari konsultasi peserta yang sering kesulitan.
“Buat berita ternyata sulit juga ya,” ucap Hasan, pemred Kwocor Pos malam itu, ditengah kesibukannya menulis berita features yang berjudul Kebiasaan Santri Makan “Tabek” Mulai Hilang; Gengsi, Dikirim Tapi Tidak Dimakan Hingga Basi.
Tim redaksi lain, seperti T@-Pos juga terlihat sedang sibuk menulis diatas kertas manila. Malam itu juga, mereka harus merampungkan tugas pembuatan berita berbentuk cover koran satu halaman. Untuk redaksi puteri, Mawardi mendampinginya mulai pagi hingga sore.
Tak kurang dari 95 peserta mengikuti diklat yang berakhir pada hari senin 28 Januari 2008. hari itu merupakan puncak dari diklat yang telah berlansung 3 hari sebelumnya. Hari terakhir diisi dengan pameran koran, buatan para peserta yang telah dibentuk menjadi delapan tim redaksi. (mei)
Demi Diklat, Keluarga Rela Menunggu
Pada saat diklat berlangsung, terdapat orang tua (ortu) dari peserta diklat yang datang untuk menemui peserta. Suci, peserta diklat yang waktu itu kedatangan keluarganya. Siswi dari kelas XI Bahasa itu hanya sebentar bertemu dengan keluarganya dan kembali lagi ke acara diklat.
“keluargaku ngerti kalo aku lagi ikut diklat dan beliau bersedia menunggu acara diklat usai untuk bertemu kembali,” tutur gadis bernama lengkap Eni Suci Indah Permata Sari yang juga ketua OSIS puteri MANJ.
Tak hanya Suci, kejadian serupa juga dialami Durrotun Nikmah, siswi kelas X MBI yang tengah asik menyimak sepak terjang jurnalis Washington Post yang ditayangkan dalam bentuk audio visual saat diklat.
“Saya lagi ikut diklat jurnalistik. Jadi,
“Iya sudah gak apa-apa,
Sebagai santri, peserta diklat seluruhnya berdomisili di dalam ponpes Nurul Jadid. Sudah menjadi rutinitas ortu peserta datang ke ponpes untuk menjenguk sekaligus mengirim kebutuhan (keuangan) mereka tiap bulannya. (vil)
Comment Form under post in blogger/blogspot